Pemerintah China sedang mengerem gerakan harga property, serta memotong tersedianya utang hipotek untuk mengubah pengeluaran warga, dari bayar angsuran credit rumah ke kesibukan belanja. Ini dilaksanakan untuk mengangkat perkembangan mengonsumsi, hingga dapat merangsang ekonomi yang terpengaruh virus Corona (COVID-19).
Semenjak akhir Juni 2020, rasio leverage rumah tangga di China naik ke rekor paling tinggi. Ini berlangsung sebab kenaikan utang hipotek sesudah pemerintah berusaha menggerakkan perkembangan property untuk mengangkat perekonomian.
Memang, beban angsuran property untuk rumah tangga China naik tinggi yang selanjutnya mengganggu mengonsumsi swasta. Keterkaitannya, penghasilan perumahan turun ke daerah negatif tahun ini.
Masuk Agustus, Presiden Xi Jinping berusaha mengangkat perkembangan mengonsumsi rumah tangga serta property dengan cara bersama-sama. Tetapi, hal tersebut susah dilaksanakan. Masalahnya sekarang harga property turun tajam, yang dapat merusak sentimen customer. Tentu saja ini bersimpangan dengan yang pemerintah harap.
“Pasar property China makin batasi kekuatan pembelanjaan. Mereka yang perlu kencangkan ikat pinggang untuk bayar uang muka atau angsuran ialah beberapa orang dengan kecondongan paling marjinal untuk konsumsi, demografis yang gawat pada pengalihan China ke ekonomi yang diperintah mengonsumsi,” ,” kata Analis Senior di China Minsheng Bank Wang Jingwen sama seperti yang dikutip dari Reuters, Selasa (29/9/2020).
Akademi Pengetahuan Sosial China (CASS) di tahun 2019 memberikan laporan, pasar property China belum memberi andil bersih pada ekonomi semenjak 2018. Masalahnya saat itu rumah jadi benar-benar mahal hingga cuman tersisa sedikit uang untuk berbelanja rumah tangga.
Pada tahun kemarin , Bank Sentra China menjelaskan, tiap peningkatan 1% dalam rasio hutang rumah tangga pada produk lokal bruto (PDB) negara itu, maka memotong perkembangan pemasaran ritel sebesar 0,3%. Berdasar data CASS, Rasio naik jadi 59,7% di akhir Juni, dari 55,8% di akhir 2019,
Di waktu yang serupa, penghasilan rumah tangga , turun 1,3% semester I-2020 ini, dibanding dengan peningkatan 5,8% pada 2019.
Tetapi, di bulan Agustus, untuk kali pertamanya tahun ini, pemasaran ritel tumbuh 0,5% dengan cara year on year.
“Pemerintah mempunyai tujuan untuk kurangi ketergantungan pada pasar property, tapi tetap bergerak dalam batasan spesifik, untuk menahan peningkatan atau pengurangan harga yang mencolok,” kata Analis Senior Centaline Lu Wenxi.
Saat China alami kontraksi ekonomi, pemerintah selekasnya melapangkan limitasi di pasar property, yang memberi seperlima dari PDB China. Tetapi, selanjutnya hutang hipotek membesar, dengan utang rumah tangga kelas menengah ke atas capai rekor di bulan Juli.
Bukanlah biarkan pasar property membumbung bertambah jauh, kebijaksanaan pemerintah malah membuat harga makin rendah. Sesaat, dalam beberapa waktu paling akhir harga property pernah tumbuh, walau di bawah 5% dengan cara year on year. Reuters memprediksi harga rumah di China tumbuh 4,8% tahun ini, serta turun 3% pada tahun 2021.
Beberapa ekonom menjelaskan rasio hutang rumah tangga tetap akan tumbuh sebab rumah baru dibuat ditengah-tengah urbanisasi serta penyempurnaan perkotaan, tapi dengan kecepatan yang makin searah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang lain.
“Kuncinya ialah memberikan orang uang untuk dibelanjakan. Dahulu sebab mode ekonomi kita, modal berperan semakin besar pada perkembangan ekonomi, serta kita nikmati bagian distribusi yang semakin besar. Orang kaya makin kaya, serta bank membuahkan uang banyak. Yang akan datang, kita harus sesuaikan andil beberapa faktor penting serta biarkan penghasilan pekerja mendapatkan sisi yang semakin besar,” kata Penasihat Kabiner Yao Jingyuan.